Lambaian Bendera Merah Putih Menjelang Kemerdekaan HUT RI

By : Jacob Ereste

Indonesia News Online Jakarta - 45 tahun yang lalu, menjelang perayaan 17 Agustus, di kampung kami menyambutnya dengan riang gembira. Ini yang membuatku sedih. Saat harus mengenang nostalgia masa lalu, harus membandingkan dengan suasana sekarang. 

Apalagi kemudian ditimpali dengan pengibaran bendera putih, pertanda rakyat sudah menyerah dimana-mana. Keok bukan cuma karena Covid-19 dan Varian Delta yang lebih galak, tapi juga karena stock makanan sudah tiga hari ini kandas. Tak lagi ada apa-apa, kecuali harapan saja.

Bendera putih pun yang melambai-lambai di kampungku, seperti mengejek kepandiran yang tak selesai. Sementara sembako yang tak jelas seperti hujan dan panas.

Tak bisa terlalu banyak diharap. Jika dapatpun tidak cukup untuk makan seminggu bagi para bujangan. Artinya, dapat segera dibayangkan bila untuk keluarga kecil saja dengan dua anak. Belum lagi harus membayar keperluan lain yang acap tak terduga mesti disegerakan juga. Seperti untuk beli pulsa anak-anak buat sekolah dari rumah.

Masalahnya jadi semakin dramatis karena tak bisa bebas kemana-mana. Sebab Covid-19 masih menguntit dan Varian Delta pun ikutan mendera. Maka itu cara terbaik menghadapi kondisi dan situasi runyam seperti sekarang ini adalah kembali belajar untuk menghibur diri agar tidak stress. 

Tak perlu berharap banyak pada bansos dan sembako, toh pembagiannya pun sudah tidak benar. Dananya sudah disunat, dan pembagiannya yang tak tepat sasaran.

Jadi rasa haru kekangenanku kian sedih, saat menjelang 17 Agustus tahun ini. Sungguh! Aku sedih. *Red